Oleh: Dr. Kisno, M.Pd. (Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran)
Benchmarking merupakan salah satu strategi manajemen mutu yang digunakan oleh lembaga, organisasi, maupun institusi pendidikan untuk meningkatkan kualitas layanan, tata kelola, serta kinerja secara berkelanjutan. Dalam praktiknya, benchmarking dilakukan dengan cara melakukan pembandingan sistematis antara proses, kebijakan, atau hasil suatu organisasi dengan lembaga lain yang dianggap memiliki keunggulan atau best practice. Melalui proses pembandingan tersebut, organisasi mendapatkan wawasan objektif tentang standar kualitas yang lebih baik sehingga dapat merancang langkah-langkah peningkatan secara terarah.
Pengertian Benchmarking
Secara sederhana, benchmarking dapat dipahami sebagai kegiatan belajar dari pihak lain yang telah terbukti sukses dalam mengelola suatu program atau menciptakan output unggul. Benchmarking bukan sekadar meniru, melainkan mengadopsi dan menyesuaikan praktik baik yang relevan agar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dengan demikian, benchmarking menjadi pendekatan strategis untuk membangun budaya mutu dan inovasi.

Gambar.2 Tim LPM UIN Jurai Siwo Lampung Melakukan Bencmarking di Badan Penjaminan Mutu UAD Jogjakarta (Doc.LPM:29/10/2025)
Tujuan Benchmarking
Benchmarking dilakukan dengan tujuan untuk:
- Meningkatkan mutu melalui identifikasi keunggulan lembaga lain yang dapat diadaptasi.
- Membandingkan kinerja secara objektif, sehingga organisasi mengetahui posisi dan kapasitasnya.
- Mendorong inovasi dan kreativitas melalui gagasan baru yang diperoleh dari hasil observasi.
- Mempercepat proses perbaikan karena organisasi tidak memulai dari nol.
- Membangun kemitraan dan jejaring, terutama bagi institusi pendidikan atau lembaga pemerintahan.
- Mendukung perencanaan strategis dengan data yang lebih konkret dan kontekstual.
Jenis-Jenis Benchmarking
Benchmarking dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Benchmarking Internal: Pembandingan dilakukan antarunit dalam satu organisasi. Tujuannya untuk menyamakan kualitas layanan atau kinerja di berbagai unit.
- Benchmarking Komparatif (Competitive Benchmarking): Pembandingan dilakukan dengan lembaga lain yang memiliki layanan atau produk serupa. Umum digunakan dalam industri, dunia usaha, atau antarprogram studi dalam pendidikan.
- Benchmarking Fungsional: Fokus pada pembandingan fungsi tertentu, seperti manajemen SDM, layanan akademik, sistem IT, atau tata kelola keuangan.
- Benchmarking Strategis: Digunakan untuk memperoleh inspirasi tentang strategi besar jangka panjang dari lembaga lain yang telah terbukti berhasil.
- Benchmarking Best Practice: Melibatkan identifikasi lembaga yang dianggap memiliki praktik terbaik (best practice) untuk kemudian dipelajari secara mendalam dan diadaptasi.
Manfaat Benchmarking
Pelaksanaan benchmarking memiliki manfaat yang sangat signifikan, antara lain:
- Meningkatkan kualitas proses dan layanan.
- Menemukan solusi efektif berdasarkan pengalaman lembaga unggul.
- Mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) yang lebih berkualitas.
- Memperkuat budaya mutu, akuntabilitas, dan transparansi.
- Menghasilkan rekomendasi perbaikan yang relevan bagi pengembangan kurikulum, layanan administrasi, maupun tata kelola organisasi.
Tahapan Benchmarking
Agar benchmarking berjalan efektif, terdapat beberapa tahapan penting:
- Perencanaan: Menentukan tujuan, aspek yang ingin ditingkatkan, lembaga tujuan, serta indikator yang akan dibandingkan.
- Pengumpulan Data: Melakukan observasi, wawancara, studi dokumen, atau kunjungan langsung (site visit) untuk memperoleh informasi komprehensif.
- Analisis: Membandingkan temuan dengan kondisi internal, mengidentifikasi kesenjangan (gap analysis), dan merumuskan rekomendasi.
- Adaptasi dan Implementasi: Mengadopsi praktik baik yang relevan dan menyesuaikannya dengan konteks organisasi.
- Evaluasi dan Peningkatan: Memantau hasil implementasi dan melakukan perbaikan berkelanjutan sesuai siklus manajemen mutu.
Benchmarking dalam Konteks Pendidikan Tinggi
Dalam dunia perguruan tinggi, benchmarking menjadi mekanisme penting untuk:
- Memperkuat relevansi kurikulum,
- Meningkatkan layanan akademik,
- Mendukung akreditasi nasional maupun internasional,
- Mendorong penerapan Outcome Based Education (OBE),
- Menjamin mutu proses pembelajaran.
Institusi yang aktif melakukan benchmarking cenderung lebih adaptif terhadap perubahan dan mampu menjaga kualitas sesuai kebutuhan dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Gambar.3 Tim LPM UIN Jurai Siwo Lampung Melakukan Bencmarking di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (Doc.LPM:27/10/2025)
Penutup
Benchmarking merupakan pendekatan strategis yang tidak hanya bertujuan mengetahui keunggulan lembaga lain, tetapi juga mendorong organisasi untuk terus meningkatkan kualitas secara berkelanjutan. Dengan komitmen yang kuat, benchmarking mampu menjadi instrumen efektif bagi organisasi, termasuk perguruan tinggi, dalam mencapai standar mutu yang lebih tinggi dan berdaya saing global.